Selasa, 25 Oktober 2011

Respon Terhadap Tren Stand up Comedy yang Kini Telah Tiba di Medan


Perkembangan stand up comedy di Indonesia saat ini tengah menggila, ratusan ribu jumlah viewers di kanal youtube Stand Up Comedy Indo bagi saya cukup untuk menjadi indikator betapa boomingnya hal ini sekarang.

Dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama, beberapa kota di Indonesia, saat ini telah memiliki akun twitter dengan kata depan @standupindo_ diikuti dengan nama kota, seperti: Bandung, Jogja, Bogor, Surabaya, dsb.

Melalui jejaring sosial twitter, antusias terhadap stand up comedy meningkat dengan sangat drastis.

Berawal dari Kompas TV yang mengadakan program berupa audisi untuk mencari bakat-bakat stand up comedian di Indonesia, dua orang peserta audisi program stand up comedy dari Kompas TV tadi, yaitu @ernestprakasa dan @Adriandhy kemudian memberanikan diri untuk menjajal open mic yang memang secara berkala diadakan di Comedy Cafe (Kemang, Jakarta).

Mereka kemudian mengajak @pandji, dan @radityadika, dua orang yang tentu saja sudah dikenal oleh masyarakat luas (dan terutama memiliki jumlah followers yang banyak) untuk ikut menjajal open mic tersebut.

Hasilnya? Penonton membludak, beberapa penonton tidak dapat masuk ke dalam, bahkan beberapa artis datang ke open mic yang kemudian menjadi ledakan awal perkembangan stand up comedy di Indonesia. Silahkan kalian baca sendiri sejarah awal Stand Up Comedy Indo disini.

Kalian juga bisa mengulik cerita lebih lengkap mengenai perjalanan Stand Up Comedy Indo dari awal sampai saat ini melalui situs pandji.com, dengan judul 'Susah Tapi Pasti Bisa', yang saat ini sudah sampai part ke - 12.

Nah, di tulisan ini saya ingin membahas tentang Medan Stand Up Night, acara yang diadakan oleh @mateinfo pada hari Kamis (20/10/2011) kemarin, yang diluar dugaan memperoleh antusias yang sangat tinggi. Saya sendiri kaget, ternyata banyak anak Medan yang penasaran dan tertarik terhadap stand up comedy.



Gambar diatas menjadi bukti bagaimana suasana penonton yang hadir malam itu, saya juga baru tahu setelah acara selesai, bahwa ada banyak orang yang tidak diberi izin masuk oleh pengelola cafe karena kapasitas penonton yang terlalu banyak, ke depannya, saya berharap agar pihak organizer bisa mengatasi hal ini, pasti ada solusi yang lebih baik lah dibanding harus "mengusir" mereka yang datang, tapi tidak diberi izin untuk masuk dan menikmati acara.

Malam itu ada beberapa orang yang telah dipilih oleh pihak organizer untuk tampil dan menunjukkan kemampuan mereka melakukan stand up comedy. Saya akan mulai membahas dari yang pertama, yaitu:

1. @babecabiita

Tampil sebagai pembuka, tentu saja menjadi beban tersendiri bagi babe, kelihatan di awal penampilan, babe masih bingung (sempat menggunakan sapaan gue-elu), dan mencari ritme yang tepat dalam menyampaikan materinya. Bagi yang follow akun twitternya, tentu telah hafal gaya bercanda babe yang konsisten membahas seputar galau, pacaran, tingkah cewek, dan permainan kata yang nanti ternyata ada kepanjangannya, misalnya seperti ini: "BIAWAK !!! Biarkan aku menyayangi mu wak". Menurut saya, penampilan babe malam itu cukup menarik, setidaknya dia sudah memiliki ciri khas, tinggal memperkaya materi saja, maka penampilan babe akan ditunggu-tunggu.


2. @ultranald

Penampil kedua malam itu adalah Ronald, malam itulah saya melihat sendiri bagaimana susahnya menjadi seorang stand up comedian. Menurut Pandji, banyak diantara kita yang merasa "Perasaan materi aku lucu lah, tapi kenapa orang-orang gk ada yang ketawa, yah?". Nah, ternyata, poin utamanya bukan di materi yang lucu atau bukan, tapi apakah penonton mengerti premis dari materi kita, apakah mereka mengerti dimana letak kelucuan dari materi kita. Ini masalah penuturan, komunikasi, bukan komedi, begitu kata pandji.

Hal tersebut berlaku untuk Ronald, saya menyimak materi yang disampaikannya, tapi karena saya tidak mengerti dimana letak kelucuan dari materi yang disampaikannya, maka penampilan Ronald malam itu bagi saya garing.

3. @sipoerba

Kesimpulan yang sama berlaku untuk penampilan Fahmi, hampir mirip seperti Ronald, penampilan Fahmi pada malam itu garing. Selain itu, Fahmi juga terlihat belum menguasai materi yang ingin disampaikan, beberapa kali ia linglung dan mencoba mengingat apa materi yang ingin disampaikannya. Padahal ada beberapa materi yang menurut saya potensial, seperti ketika dia dengan berani meledek Avian Tujengkol.

Disini, saya sudah mulai merasa tidak nyaman, acara ini butuh sesuatu untuk bisa menyegarkan keadaan, karena beberapa penonton mulai beranjak keluar dan pindah ke cafe sebelah, artinya mereka juga sudah mulai merasa tidak nyaman dan ingin menyegarkan diri juga.

Beruntung, panitia cepat bertindak, mereka langsung menyuruh @bhebhita untuk tampil. Sedikit flashback, di open mic sebelumnya, penampilan Gietha mampu membuat penonton tertawa (kalau istilah Medannya, terkekeh-kehek), termasuk saya. Saya sangat suka gestur tubuh serta cara Gietha bercerita, sangat sangat sangat menghibur, kalau sekali lagi dia minta dipeluk sebelum tampil, saya akan dengan senang hati memeluknya.

Malam itu, Gietha yang tidak dijadwalkan untuk tampil, dipaksa naik ke panggung. Meski penampilannya malam itu sangat singkat, tapi Gietha tetap mampu membuat penonton terkekeh-kekeh, impersonate (kegiatan meniru seseorang) yang dilakukan Gietha terhadap penjual di Petisah itu sangat lucu, lucu lucu lucu!

Situasi pun kembali cair, acara kembali dilanjutkan sesuai jadwal.

4. @Oji_Md

Fauzy adalah salah satu stand up comedian terbaik di kota Medan saat ini, saat pertama kali melihat penampilannya di open mic sebelumnya, saya langsung suka. Fauzy telah mengerti dan memahami dasar-dasar bagaimana membangun sebuah premis, set, punchline, deliver, one line, dan segala macam tetek bengek seputar stand up comedy yang tidak dimiliki oleh stand up comedian Medan lainnya.

Akan tetapi, entah kenapa malam itu Fauzy ngebomb (istilah yang digunakan ketika materi yang kita lempar ternyata tidak lucu). Padahal, penampilannya sudah maksimal. Satu pelajaran lagi, kita tidak bisa tahu kapan penonton menjadi dingin, dan kapan tidak.

5. @solasoli

Sola tampil setelah break sebentar yang diisi oleh acoustic performance dari The Proudly Present. Saya, terus terang tidak menyimak materi yang dibawakan oleh Sola, satu momen yang saya ingat hanyalah ketika Sola mengangkat kaosnya dan menunjukkan perutnya sambil memainkan dan melakukan tari perut?


6. @dimastriadji

Malam itu, saya juga menyadari bahwa strong present yang kuat bisa memberi keuntungan yang sangat tinggi bagi seorang stand up comedian. Menurut saya, hal yang pertama kali diperlukan sebelum naik ke atas panggung dan kemudian menyampaikan materi, adalah bagaimana membuat penonton menyadari kehadiran kita.

Dimas sangat terbantu oleh kehadiran teman-temannya yang datang dan memberikan dukungan terhadapnya. Saat nama Dimas dipanggil, teman-temannya (yang jumlahnya tidak sedikit itu) langsung bersorak riuh, beberapa bahkan berteriak: "Dimas...Dimas....Dimas...", seakan-akan, kehadiran Dimas malam itu sangat dinanti.

Hal itu jelas mempengaruhi penonton lain yang tidak mengenal Dimas, minimal mereka telah menyadari kehadiran Dimas, terlepas bagaimana penampilan dia nanti.

Lalu, bagaimana dengan penampilan Dimas pada malam itu? Yah, walaupun saya masih dalam proses belajar untuk memahami apa yang dimaksud dengan stand up comedy, apa bedanya dengan pelawak, dsb., tapi malam itu saya menganggap Dimas tidak sedang melakukan stand up comedy. Saya berpendapat demikian karena apa yang Dimas lakukan adalah joke telling, dan itu berbeda dengan stand up comedy.

Berikut adalah tulisan singkat dari Pandji mengenai apa itu perbedaan antara joke telling dan stand up comedy.

Joke telling, beda dgn Stand Up.

Joke telling itu menceritakan anekdot, lelucon umum, tebak tebakan.

Seperti “Ada orang Amerika, Jepang dan orang Indonesia masuk ke bar, bla bla bla”

Atau “Sapi, sapi apa yang bisa nempel di temboooook? Sapi-dermaaaan”

Sementara Stand Up Comedy itu monolog lucu yang menceritakan ulang fenomena sosial yang ada di masyarakat. Mengambil sample dari kehidupan dan diceritakan kembali kepada penonton.

Makanya, Mas Indro di peluncuran KompasTV pernah berkata “StandUpComedy itu komedi yang serius, seperti skripsi. Ada analisa, ada pemikiran”

Dimas melakukan joke telling, dan dia melakukannya dengan sangat baik. Dari semua line-up yang tampil malam itu, saya berpendapat bahwa penampilan Dimas adalah yang terbaik. Hampir semua joke yang dilemparnya sukses membuat penonton terkekeh, Dimas sangat menguasai jokenya. Beberapa kali dia ikut memperagakan jokenya agar menjadi lebih hidup, dan komikal.

7. @rchmadi

Ini kali kedua saya menyaksikan penampilan Madi sebagai stand up comedian. Persoalan Madi yang paling utama adalah dia seperti ragu/tidak percaya diri dengan materi/joke telling yang dimilikinya. Hal tersebut membuat saya menjadi bingung, karena ketika Madi membangun premis, dia malah mematahkan poin lucu dari materinya sendiri karena ragu-ragu tadi. Padahal, terus terang saya berharap banyak terhadap penampilannya.


8. @furcobain,

Sebenarnya, acara sudah habis, tapi karena panitia memancing, akhirnya ada satu orang yang memberanikan diri untuk tampil. Penampilan Furkon sendiri diluar dugaan mampu menarik perhatian penonton yang sudah bersiap-siap untuk pulang.

Materi dan joke telling yang disampaikan Furkon pada malam itu sangat vulgar. Furkon mengucapkan kata kotor dengan keras, berbicara seputar alat kelamin, dan menyinggung ras/suku. Subversif.

Akhir kata, saya berharap tren stand up comedy ini bisa menjadi satu tren yang pada akhirnya nanti menyatu dan berubah menjadi kultur yang diterima dan dipahami dengan baik oleh masyarakat.

Viva la Komtung!