Senin, 03 Desember 2012

Plesir Musik #2: Urbanscapes Festival

Kenapa Plesir Musik #2? Karena saya malas untuk menulis tentang Plesir Musik #1, dimana saya kehilangan smart phone saya dalam perjalanan pulang seusai konser, dan hal itu terus terang merusak memori saya terhadap kesan yang saya dapat dalam Laneway Festival 2012 yang lalu.

Okelah, let's quarantine the past, shall we? :P
Nah, dalam plesir musik kali ini, saya memilih Urbanscapes Festival 2012 sebagai destinasi, alasannya tentu saja karena bintang tamunya Yuna dan Sigur Ros, penampil lain hanyalah bonus, dan saya juga cukup penasaran sih dengan skena musik Malaysia, maka diputuskanlah untuk melakukan plesir musik edisi kedua. :D

Tiket pesawat pun sudah dibeli jauh-jauh hari, saya juga mulai tekun mendengarkan koleksi mp3 Yuna dan Sigur Ros, sekarang tinggal menunggu pengumuman kapan tiket konsernya akan dirilis.

Tanpa disangka, menjelang hari-H saya malah mendapat hadiah berupa tiket pesawat PP untuk penerbangan Medan - Singapura. Sontak, saya bingung dan mendadak segera membeli tiket pre-sale Laneway Festival 2013. -_-

Sempat terbersit pikiran untuk menghanguskan saja tiket pesawat PP yang sudah saya beli untuk Urbanscapes Festival, karena tabungan yang menipis dan rasa antusias yang menurun drastis.

Singkat cerita, akhirnya saya memutuskan untuk tetap berangkat dan menunaikan plesir musik #2 ini. Agar tabungan tidak terlalu menipis, saya benar-benar membatasi diri untuk benar-benar teliti dalam hal pengeluaran, hehe, sudah terbiasa sih sebenarnya jadi santai aja. Syukur, segala sesuatunya sesuai seperti yang direncanakan. (kira-kira 1.5 juta rupiah saya habiskan untuk plesir musik #2 ini)


Baiklah, langsung saja yah, sudah gatal soalnya ingin menceritakan tentang kesan saya terhadap Urbanscapes Festival 2012 ini.

Hari Pertama:

Saya tidak mengerti kenapa banyak teman-teman saya yang tidak tertarik untuk datang di hari pertama, hal ini sempat membuat saya jadi urung datang karena rencananya kan saya nebeng, hehe.
Yah, akhirnya setelah saya bujuk akhirnya ada juga seorang teman yang mau menemani saya untuk datang di hari pertama. (terima kasih Alvi)

Kami berangkat menggunakan transportasi umum, berbekal informasi dan instruksi yang kami dapat dari penjual tiket, (oh ya, kami beruntung bisa membeli tiket dari seseorang yang mendapat tiket dari kuis yang dimenangkannya dengan harga miring, 150 RM, bahkan lebih murah dibanding harga pre-sale) kami pun memberanikan diri untuk pergi berdua.

Bis, kereta api, jalan kaki, dan sampailah kami di lokasi acara.

Padang Astaka itu mirip seperti Lapangan Benteng sih, lapangan rumput terbuka, lokasi di tengah kota, dikelilingi hotel, dan susah parkir.

Kami tiba sekitar pukul 8 malam, karena dari awal memang hanya berencana untuk menonton Yuna.
Waktu senggang sebelum penampilan Yuna kami manfaatkan untuk berkeliling, di panggung utama ada band screamo/post-hardcore Malaysia yang sedang tampil, tidak terlalu tertarik, kami pun akhirnya berhenti di The Next Stage (panggung kecil yang menjadi favorit saya karena nuansa intim, alias tanpa batas antara penampil dan penonton yang begitu terasa membuat saya betah di panggung ini)

Kami menonton Tenderfist, kolektif electro-pop yang sedikit mengingatkan akan The Radio Dept.
Konon, band asal Malaysia ini ikut serta bersama rombongan The Trees and The Wild dalam rangkaian tur Eropa mereka kemarin. Awalnya sih seru, tapi setelah 3 lagu, kami memutuskan untuk keluar dari kerumunan penonton karena merasakan hal yang sama, bosan.

Kami pun pindah ke Volkswagen Stage, panggung utama, terlihat visual di backdrop panggung dengan tulisan Yuna telah menyala. Saya segera merapat ke depan, syukur bisa berdiri di barisan pertama kerumunan penonton, meskipun agak terlalu di pinggir.

Terus terang saya cukup mengantisipasi penampilan Yuna, dua albumnya cukup tekun saya dengarkan, dan bisa dibilang Yuna berhasil mencuri perhatian saya. Tembangnya yang manis namun tidak cheesy, serta komposisi musiknya yang keren serta classy, menjadi poin plus. Oh ya, saya juga suka lirik melayu nya, unik dan agak lucu di telinga, hehe.


Yuna menampilkan berbagai hits yang sudah saya hafal, dan favorit saya "Decorate", sukses membuat saya sing-along dengan syahdu. Yuna tampil dengan atraktif, ramah dan kaya komunikasi, beberapa kali dia terlihat mendukung dan memotivasi skena musik Malaysia untuk terus maju. Yuna juga suka bercerita makna dibalik lagu yang dibawakannya, dan saya baru tahu ternyata lagu "Decorate" bercerita tentang orang yang telah tiada, pantesan sedih betul lagunya.

Dengan pertimbangan bahwa transportasi umum akan sulit didapatkan apabila sudah larut, akhirnya saya menurut saja ketika teman saya meminta untuk segera pulang. Sial, pada akhirnya kami terpaksa naik taksi juga karena ternyata stasiun kereta api sudah tutup.



Hari Kedua:

Hari yang ditunggu akhirnya tiba, kali ini rombongan cukup ramai, perlu 2 mobil (akhirnya bisa nebeng) untuk menampung rombongan teman-teman yang berangkat dari Cyberjaya.

Kali ini saya berangkat lebih pagi, karena nebeng jadi harus siap menuruti apa saja keinginan rombongan yang lain. Sebenarnya sih gak masalah, soalnya saya juga ingin melihat-lihat berbagai konten yang terdapat di dalam Urbanscapes Festival ini.

























Cuaca mendung, dan kondisi lapangan masih becek berlumpur, agak malas untuk banyak bergerak, tapi karena rame, jadi suasana lebih asyik. Banyak juga konten menarik yang tidak terlihat saat datang semalam, terutama dan tentu saja adalah pemandangan cewek-ceweknya.

Selayaknya sebuah festival, tentu saja banyak stan makanan yang disediakan (dengan harga jual yang mahal) tentunya. Saya yang dalam keadaan berhemat, terpaksa menunggu hingga konser usai baru bisa meredakan rasa nyeri akibat menahan lapar.

Untuk mengalihkan rasa lapar, saya pun mengunjungi The Next Stage, ada duo maut Circles Of Sound yang sedang tampil, satu sitar dan satu drum, aksi instrumental mereka cukup menarik perhatian dan mendapat banyak tepuk tangan dari penonton.

Kelar aksi Circles Of Sound, saya menyusul rombongan yang sudah ngetem di depan panggung demi menanti penampilan dari kolektif kebanggan asal Bekasi, The Trees  and The Wild.


Well, ini adalah pengalaman pertama saya menonton band ini, dan terus terang agak sedikit kecewa karena mereka hanya memainkan satu buah lagu saja dari album Rasuk. Sebagian besar materi baru, dan itu pun mengalami perubahan yang signifikan, tidak ada pop nya sama sekali. Materi mereka menjadi semakin berat, capek untuk didengarkan, komposisi musik yang ditawarkan cenderung ke arah post-rock dengan sedikit tambahan traditional folk. Saya tidak tahu, apa penggemar lama mereka siap menerima perubahan tersebut. Seorang teman berceletuk dengan nada kecewa, "Udah capek-capek nonton, tapi nyanyinya dikit."

Memang, dalam materi baru yang dimainkan, Remy sangat sedikit bernyanyi, dia lebih sering berteriak dan hanyut dalam emosi yang dicurahkannya. Tapi, saya sangat suka dengan aksi Charita, menurut saya cengkok vokal dia unik, dan terasa pas.

Siang pun berganti malam, saya sudah kembali lagi ke The Next Stage untuk menyaksikan penampilan dari kolektif asal Jakarta, White Shoes and The Couples Company.

Ada sedikit kejadian tidak mengenakkan disini, miskomunikasi yang menyebabkan gangguan terhadap jadwal acara. Sempat kesal juga para personil wsatcc yang sudah siap dengan instrumen masing-masing, serta penonton yang sudah berkumpul harus menunggu aksi Sheila Madjid di panggung utama yang seperti menganggap bahwa festival ini adalah konser tunggalnya.

Yah, masih bisa dimaafkan sih, terlebih aksi wsatcc malam itu sangat menghibur, mood saya pun kembali prima. Selain tembang-tembang yang sudah familiar di telinga saya, wsatcc juga memainkan beberapa materi yang baru saya dengar, salah satunya adalah lagu daerah Sunda yang digubah dengan aransemen surf yang sangat keren. Terlihat nona Sari juga lebih kurus dan makin atraktif, malam itu dia begitu semangat menampilkan kebolehannya menari, sungguh mempesona.

Dan, seperti biasa, penampilan wsatcc malam itu ditutup dengan cat action. 

Puas dengan aksi wsatcc, kini tiba saatnya menyantap sajian utama dari festival ini. Yah, Sigur Ros sudah bersiap di panggung utama. Sulit sih untuk mendeskripsikan dengan kata-kata pengalaman menonton penampilan Sigur Ros secara langsung. Mereka tampil tanpa cela, mulai dari kostum, tata cahaya, visual, soundsystem, dan set list yang ramah, meski baru merilis album baru, tapi materi-materi terbaik mereka dari album-album lama cukup banyak dimainkan. Tiap personil bermain dengan sangat disiplin, belum lagi orkestrasi yang disuguhkan untuk mendukung komposisi musik mereka. Sangat berkelas.

Sigur Ros membuka penampilan mereka dengan lagu I Gaer, hentakan drumnya sempat membuat saya kaget, karena terdengar begitu keras, seakan bunyi sebuah ledakan.
Vokal Jonsi pun kemudian masuk mengiringi komposisi musik yang dimainkan, begitu indah, begitu membius, tatapan mata saya sesaat terpaku pada sosok Jonsi.

Usai lagu pertama, penonton langsung bergemuruh, perasaaan campur aduk membuncah karena siapa yang menyangka bisa menonton Sigur Ros langsung. Lagu berikutnya yang dipilih oleh Sigur Ros untuk dimainkan adalah Glosoli, sontak saya langsung menjerit kegirangan, jujur saja, tidak begitu banyak lagu Sigur Ros yang saya hafal, dan saya sangat bersyukur malam itu Sigur Ros banyak memainkan hits mereka.

Lagu ketiga, Svefn-g-englar semakin menaikkan tensi penonton, puncaknya adalah ketika tiba di bagian reffrain yang mengundang koor massal. Teriakan "Ciuuuu..., Ciuuuu... Ciuuu..." dari para penonton malam itu juara! Di penghujung lagu, Jonsi meneriakkan "Ciuuuu..." tersebut tidak ke arah mic, melainkan ke arah pickup gitarnya, saya tidak tahu bagaimana harus menggambarkan seperti apa suara yang dihasilkannnya, pokoknya keren kali lah.

Lagu berikutnya adalah Saeglopur, yang langsung dilanjutkan dengan Hoppipola, dua lagu yang dimulai dengan permainan piano ini tentu sudah sangat familiar di telinga para pecinta Sigur Ros, saya yang tadi sudah sampai di puncak terpaksa harus menyimpan energi dan sedikit merilekskan diri, tetap menikmati, tapi kadar histerisnya sedikit dikurangi, hehe, soalnya ada satu lagu yang saya tunggu-tunggu.

Dua lagu berikutnya, Meo Bloonasir, dan Olsen Olsen dimainkan, saya tidak begitu hafal dua lagu ini, jadi yah lewat gitu aja, hehe, tapi saya ingat kalau tidak salah ada permainan flute diantara dua lagu ini, keren.

Lagu yang saya tunggu-tunggu akhirnya dimainkan, Festival, bagi yang tahu lagu ini, tentu mengerti mengapa lagu ini sangat saya nanti. Ada bagian yang sangat orgasmik di lagu ini, di penghujung lagu, senar drum dipukul dengan brutal, dan malam itu, saya seperti orang gila memainkan air drum di tengah kerumunan penonton. Puas!

Saya sendiri merasa sudah selesai dengan konser ini, lagu-lagu berikutnya yang dimainkan sampai di ujung konser sendiri tidak begitu familiar bagi saya. Momen menarik yang saya ingat adalah, ketika Sigur Ros berhenti bermain sesaat dan merayakan ulang tahun salah satu personil orkestrasi mereka, mereka pun beramai-ramai menyanyikan lagu selamat ulang tahun dalam bahasa Islandia, so sweet. :)

Konser ini disinyalir merupakan penampilan terakhir Sigur Ros untuk tahun 2012, jadi karena merasa ingin menampilkan sesuatu yang spesial, mereka memainkan sebuah lagu baru yang belum direkam, agak kaget sih mendengar komposisinya, soalnya ada campuran electronic music gitu, sedikit dubstep malahan.

Luar biasa, sungguh menakjubkan. Sigur Ros bukan sekedar band, mereka tentu saja lebih daripada itu. Banyak yang berpelukan, menangis, dan terpekur lemas usai menyaksikan penampilan Sigur Ros, saya sendiri masih merasakan magis dan benar-benar bersyukur bisa berkesempatan hadir di Urbanscapes Festival 2012 ini.

Malam itu ditutup dengan pesta kembang api yang meriah, saya dan rombongan pun pulang, meski raut wajah terlihat sangat lelah, tapi tidak satupun yang bisa menyembunyikan perasaan bahagia karena baru saja menonton penampilan Sigur Ros langsung.

Tabik.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar